Kecelakaan KRL Commuter Line di Bintaro

Peristiwa dulu. Pada tanggal 9 Desember 2013 terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan KRL Commuter Line dengan truk tanki Pertamina yang bermuatan bahan bakar premium sebanyak 24.000 liter di perlintasan kereta api Pondok Betung, Bintaro. Kecelakaan ini terjadi diduga disebabkan oleh tidak berfungsinya palang pintu perlintasan, lokasi terjadinya kecelakaan di jalan Ulujami Raya dekat dengan Pondok Betung dan sedikit dekat dengan lokasi Tragedi Bintaro sebelumnya pada tahun 1987.
 
Gerbong KRL terbakar setelah menabrak truk tanki premium
Kronologis

KRL Commuter Line jurusan Serpong–Tanah Abang bernomor 1131 berangkat dari Serpong sekitar pukul 11.01, namun sedikit terlambat karena ada perbaikan AC. Setelah itu berangkat menuju Pondok Ranji. Disitulah kesalahan mulai terjadi. Truk tangki melewati perlintasan, tak jauh KRL datang. Petugas langsung mengibarkan bendera merah. KRL tak bisa rem mendadak, Asisten masinis sempat memberitahukan bahwa akan siap-siap menghadapi tabrakan, namun penumpang tidak menghiraukan. Penumpang langsung terjatuh dan miring ke kanan. Saksi mata menyebutkan bahwa KRL berhenti mendadak dan lampu kereta mati. Penumpang di gerbong 1 & 2 berhamburan ke belakang karena di depan hawanya terasa panas.

Kecelakaan ini membuat lalu lintas kereta api antara Kebayoran dan Pondok Ranji terhambat, sehingga kereta dari arah Serpong maupun Tanah Abang tidak bisa melintas. Butuh beberapa waktu sampai jalur bisa dilewati, dan kereta api yang pertama melewati jalur ini pasca-kecelakaan adalah kereta api Krakatau Express dari arah Kediri pada dini hari esok harinya. Tapi KRL belum bisa melintas aliran listrik aliran atas (LAA) belum selesai diperbaiki. Setelah beberapa hari, akhirnya KRL pun bisa melintas. Pada beberapa hari pasca-kecelakaan, kecepatan di tempat kejadian perkara dibatasi 5 km/jam.


Dalam kecelakaan ini terdapat korban tewas sebanyak tujuh orang, sedangkan yang mengalami luka-luka sebanyak 63 orang. Diantara korban meninggal terdapat Masinis, Asisten Masinis dan Teknisi kereta yang meninggal karena pada posisi terjepit badan kereta. Meskipun korban jiwa dari kecelakaan ini tidak sebanyak kecelakaan-kecelakaan sebelumnya, tapi ini membuat PT KAI Commuter Jabodetabek melakukan pembenahan, seperti penambahan petunjuk keadaan darurat pada KRL, mengingat pada saat kejadian, banyak penumpang yang kebingungan untuk membuka pintu saat darurat, juga jalan keluar lewat jendela.

Kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) berusaha untuk diminimalisir dengan meningkatkan kesadaran setiap pengguna moda transportasi. Kesalahan bukan hanya pada pengawak transportasi umum seperti masinis, penjaga perlintasan namun juga dapat diakibatkan oleh kekurangtaatan pengguna jalan terhadap rambu-rambu lalu lintas.


0 Response to "Kecelakaan KRL Commuter Line di Bintaro "

Post a Comment